Prof. Dr. H. Soedjiarto, MA |
Guru Besar di Univeritas Negeri Jakarta (UNJ) ini, menyatakan, selama pemerintahan orde baru, gagasan revolusi multi dimensi ala Bung Karno ini berhenti dan tak berlanjut kerena perbedaan paradigma pembangunan.
Menurut Prof. Dr. H. Soedjiarto, MA, Jokowi punya pandangan seperti yang terakhir, bahwa problem is chalange to solve. “Bagaimana revolusi mental itu bisa dilakukan, mengusulkan agar semua dimulai dari pendidikan,” paparnya.
Sebab, lanjutnya, sebagaimana amanat UUD 1945 pasal 31 ayat 2, sebelum di amandeman, tujuan pendidikan di sebut sebagai mengusahakan satu sistem pengajaran nasioanal. Lewat sekolahlah revolusi mental sebagai pusat pembudayaan dibangun dan dilakukan. Dari sekolahlah kita mengawali anak-anak bangsa untuk berlatih dan juga membudayakan sikap disiplin, kerja keras, suka menabung, demokratis dan orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi disamping juga membangun kemampuan intelektual untuk menyelesaikan masalah.
“Sekolah bukan hanya sebagai tempat untuk mendengar, mencacat dan menghapal. Tetapi sekolah harus menjadi tempat yang menarik dan menantang untuk menumbuhkan pola fikir dan belajar bagi siswa yang kondusif untuk membentuk pribadi anak Indonesia yang maju dan demokratif, kreatif dan punya kejujuran. Sekolah harus menjadi tempat belajar untuk memecahkan masalah, bukan hanya mengajarkan hapalan-hapalan semata. Tapi sekolah harus mempu menciptakan siswa dan anak didik yang beriman, berakhlak, berprestasi dan demokratis serta memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah,” kata tokoh pendidikan kawakan ini. (rizal)
Sumber : http://poskotanews.com/2014/06/18/tokoh-pendidikan-membedah-revolusi-mental-jokowi/
0 Komentar:
Post a Comment