Jun 18, 2014

Tokoh Pendidikan Membedah Revolusi Mental Jokowi

“Apa yang sekarang digagas dan dikampanyekan oleh Jokowi dengan Revolusi Mental adalah upaya untuk mempercepat penyelesaian masalah bangsa yang sudah begitu akut. Sebab saat ini terlalu banyak orang yang melihat masalah itu sebagai problem, buka sebaliknya, masalah adalah tantangan dan tantangan itu adalah kesempatan untuk maju.” Hal itu diungkapkan tokoh pendidikan, Prof. Dr. H. Soedjiarto, MA, di Media Center Jokowi-JK, Rabu (18/6) . Ditegaskan, amanat UUD 1945 dalam pembukaanya cukup jelas dan tegas membahas soal pendidikan, yakni Mencerdaskan kehidupan  bangsa.

Prof. Dr. H. Soedjiarto, MA
“Bung Karno pada saat memimpin negeri ini juga telah menggelorakan revolusi mental yang disebut sebagai multi dimensi. Yaitu merevolusi pikiran dan tindakan masyarakat dari sistem tradisional ke sistem yang modern, dari mentality feodalistik ke mentality demokratis. Dan gagasan Bung Karno itu adalah Really Mental Change yang akan dilanjutkan oleh Jokowi dengan ide brilian dan luar biasa yang bernama Revolusi Mental,” katanya.

Guru Besar di Univeritas Negeri Jakarta (UNJ) ini,  menyatakan, selama pemerintahan orde baru, gagasan revolusi multi dimensi ala Bung Karno ini berhenti dan tak berlanjut kerena perbedaan paradigma pembangunan.

Menurut Prof. Dr. H. Soedjiarto, MA, Jokowi punya pandangan seperti yang terakhir, bahwa problem is chalange to solve. “Bagaimana revolusi mental itu bisa dilakukan,  mengusulkan agar semua dimulai dari pendidikan,” paparnya.

Sebab, lanjutnya,  sebagaimana amanat UUD 1945 pasal 31 ayat 2, sebelum di amandeman, tujuan pendidikan di sebut sebagai mengusahakan satu sistem pengajaran nasioanal. Lewat sekolahlah revolusi mental sebagai pusat pembudayaan dibangun dan dilakukan. Dari sekolahlah kita mengawali anak-anak bangsa untuk berlatih dan juga membudayakan sikap disiplin, kerja keras, suka menabung, demokratis dan orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi disamping juga membangun kemampuan intelektual untuk menyelesaikan masalah.

“Sekolah bukan hanya sebagai tempat untuk mendengar, mencacat dan menghapal. Tetapi sekolah harus menjadi tempat yang menarik dan menantang untuk menumbuhkan pola fikir dan belajar bagi siswa yang kondusif untuk membentuk pribadi anak Indonesia yang maju dan demokratif, kreatif dan punya kejujuran. Sekolah harus menjadi tempat belajar untuk memecahkan masalah, bukan hanya mengajarkan hapalan-hapalan semata. Tapi sekolah harus mempu menciptakan  siswa dan anak didik yang beriman, berakhlak, berprestasi dan demokratis serta memiliki kemampuan untuk  menyelesaikan masalah,” kata tokoh pendidikan kawakan ini. (rizal)
Sumber : http://poskotanews.com/2014/06/18/tokoh-pendidikan-membedah-revolusi-mental-jokowi/

0 Komentar:

Post a Comment