(Opini - Berita Satu)
Dalam era yang semakin modern, berbagai macam metode pendidikan terus berkembang: mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Sekolah sebagai lembaga pendidikan juga dipandang tak hanya sebagai tempat untuk menuntut ilmu. Bagi sejumlah orangtua, sekolah juga sebagai penanda bahwa seperti apa mereka dan status pendidikan dalam masyarakat. Tak hanya itu, sekolah pun kini berlomba-lomba mengeluarkan berbagai macam strategi dalam mendidik anak. Berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler, seperti PMR, Pramuka, sanggar seni, dan lainnya pun dikembangkan untuk mempersiapkan si anak kelak. Hal ini tentu dapat diterima karena kita tahu bahwa dunia semakin berkembang dan kita tak ingin tertinggal dengan pendidikan yang itu-itu saja.
Namun, terkadang ada hal yang mulai kurang diperhatikan oleh orangtua saat ini. Bagi beberapa yang sibuk dengan pekerjaan, mereka tidak sempat mengawasi perkembangan si anak. Mereka beranggapan bahwa dengan memasukkan anak ke sekolah yang bagus, sudah cukup. Padahal, pendidikan secara akademik tak cukup. Masih ada satu pendidikan yang juga penting, yaitu pendidikan moral.
Dalam realita kehidupan sehari-hari, banyak kita temui orang-orang yang berpendidikan tinggi, tetapi menjadi koruptor dan mereka yang kurang terdidik gampang dikelabui pihak lain. Dunia saat ini (bukan di Indonesia saja) sedang mengalami krisis moral. Hal ini berbanding terbalik dengan kecerdasan intelektual yang berkembang semakin pesat. Penyebab utama adalah masalah pendidikan, khususnya pendidikan dalam keluarga.
Pendewasaan dan Pematangan DiriPendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri. Dewasa yang dimaksud adalah dalam hal perkembangan badan, kecerdasan, dan tingkat emosional dalam jiwa dan tingkah laku.
Pada dasarnya, pendidikan adalah wajib bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Pendidikan pertama kali diberikan oleh orangtua, di mana orangtua menanamkan nilai-nilai dasar dalam kehidupan si anak. Pada umumnya sekarang, orangtua memiliki keterbatasan waktu dan kemampuan. Orangtua lebih sibuk mencari nafkah demi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak ada waktu khusus bagi anak-anaknya.
Orangtua terkadang juga tidak sempat merencanakan program untuk mendidik putra-putrinya, dan karena kesibukan pula mereka ketinggalan informasi mengenai pendidikan dan dengan mudah menyerahkan urusan pendidikan si anak sepenuhnya pada sekolah.
Dalam pendidikan keluarga, pendidikan mulai tumbuh dengan instingtif yang berupa kasih sayang, saling memberi, nilai pengertian, dan hubungan timbal-balik yang harmonis antara orangtua dengan anak-anak. Kemudian, pendidikan yang diberikan dalam keluarga juga melalui bukti empirik, seperti contoh, bimbingan, dan arahan. Kemudian memberikan pengetahuan rasional seperti bagaimana memecahkan masalah, menentukan pilihan, dan bagaimana membentuk sikap diri.
Semua hal di atas merupakan tanggung jawab orangtua terhadap anak. Dalam keluarga, anak mendapat perawatan dan bimbingan dalam rangka pembentukan sifat dan kepribadiannya. Yang perlu diperhatikan adalah, anak merupakan peniru yang baik. Mereka melihat bagaimana lingkungan sekitarnya bersikap, dan kemudian tanpa sadar menirunya. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai positif sejak dini sangat diperlukan.
Seperti yang telah diuraikan, keluarga adalah tempat pertama dan utama dalam kegiatan pendidikan. Dalam kehidupan keluarga, nilai-nilai pengembangan potensi dan kecerdasan spiritual lebih ditekankan karena keluarga adalah tempat yang tepat bagi pertumbuhan kesadaran atas asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan.
Pengetahuan kependidikan bagi orangtua paling tidak melingkupi dua hal, yaitu wawasan filosofi yang berisi pengetahuan tentang kesadaran moral bahwa anak bukan untuk dimiliki, namun untuk diasuh dan dibimbing menjadi manusia yang manusiawi dan kecakapan hidup yang berguna bagi kelangsungan dan perkembangan hidup si anak. Hasil yang diharapkan dari pembelajaran tersebut adalah membantu si anak membentuk sikap moralitas yang baik dan perilaku mandiri menuju pendidikan selanjutnya.
Sumber-sumber pendidikan moral dalam keluarga bisa didapatkan dari adat-istiadat, peradaban, kebudayaan, dan ajaran agama yang benar dan cocok untuk diterapkan dalam kehidupan berkeluarga. Dari sumber-sumber tersebut dapat diperoleh nilai-nilai moral yang mengakar pada nilai spiritual. Kecerdasan spiritual yang dimaksud adalah kesadaran atas asal mula dan tujuan hidup yang diharapkan menjadi jelas, dan potensi tersebut diyakini menjadi dasar dalam mengendalikan gerak langkah hidup yang lebih baik.
Oleh karena itu, keluarga wajib meletakkan landasan dasar spiritual dalam pendidikan anak berupa potensi nilai moral dan kemanusiaan. Karena pada dasarnya, manusia merupakan pemimpin (khalifatullah). Sifat dan hakikat pemimpin adalah kecenderungan moral untuk melanjutkan hidup dan kehidupan, dan keluarga berkewajiban menanamkan wawasan kehidupan berupa kesadaran tentang asal mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, agar tercipta generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia.
0 Komentar:
Post a Comment