Hal mendasar dari Kurikulum 2013 yang akan diterapkan mulai Tahan Ajaran 2014/2015 adalah membangun kembali pendidikan karakter generasi bangsa ke depan. Dengan begitu, peran guru yang mampu memberi teladan kepada peserta didik dalam penyelenggaraan pembelajaran menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindarkan.
Hal itu diungkapkan, Ketua Tim Pelaksana Pengembangan Kurikulum 2013 Prof Dr Said Hamid Hasan MA, saat menjadi pembicara dalam seminar nasional di Auditorium Ukhuwah Islamiyah Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Selasa (24/6). Seminar yang didukung Suara Merdeka-Suara Banyumas dengan tema “Menjadi Guru Kreatif, Mengembangkan Kemampuan Konseptual dan Keterampilan Pedagogis dalam Pembelajaran” itu diadakan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Pesertanya sekitar 800 orang dari kalangan guru di wilayah eks Karesidenan Banyumas, mahasiswa PGSD, dosen, dan praktisi pendidikan. Menurut Said, sasarannya adalah membentuk karakter dan kepribadian anak didik yang tidak semata didasarkan pada mata pelajaran.
Namun ada pula pendidikan di luar pembelajaran. “Pendidikan di luar pembelajaran ditunjukkan dari sikap keteladanan guru. Ibaratnya kalau kita menganjurkan hidup hemat, bersih, dan toleransi, kepada anak didik kita harus lebih dulu bisa memperlihatkan sikap toleransi, hemat, dan menjaga kebersihan,” kata pakar kurikulum dari Unibersitas pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini. Kurikulum 2013 untuk pendidikan dasar, lanjut dia, dirancang untuk 12 tahun. Dalam mengajarkan, guru dituntut tidak hanya sekadar membuat anak didik menjadi tahu kemudian dilakukan tes dengan ukuran standar kompetensi.
Namun juga bisa meniru keteladanan dari pendidiknya. “Kurikulum ini untuk mengganti kurikulum tahun 2006 yang lebih mengedepankan standar kompetensi per mata pelajaran dan cenderung mengabaikan pembentukan karakter. Jadi nanti standar kompetensi diganti menjadi standar kompetensi kelulusan atau kompetensi indi (kesatuan),” jelasnya.
Kurang Senang
Pakar kurikulum dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) Dr Sri Sulistyorini MPd mengatakan, salah satu hambatan pembelajaran di kelas adalah siswa belajar dengan rasa kurang senang. Penyebabnya lebih utama sikap guru yang kurang menyenangkan saat mengajar. Kendala saat Kurikulum 2013 diterapkan, kata dia, adalah pendekatan scientific terasa masih kaku dalam penerapan. Kemudian masih banyak sekolah yang belum memiliki pedoman buku guru sebagai fokus perhatian materi. “Namun mengambil dari berbagai sumber sehingga materi pelajaran semakin meluas dan materi inti tidak tersampaikan,” katanya. (G22-60)
Sumber : http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2014/06/25/265452/16/Kurikulum-2013-Kembali-ke-Pendidikan-Karakter
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Komentar:
Post a Comment