Pendidikan Karakter Bangsa

Pendidikan adalah bagian membangun Karakter Bangsa.

Jokowi Bertemu Siswa SMP Disabilitas

Pelajar Disabilitas perlu diberi semangat, kesempatan, peluang dan pengembangan diri sehingga bisa Mandiri dan Berprestasi. Jokowi - JK untuk Kemandirian Bangsa.

Jokowi Bertemu Dengan Siswa PAUD dan TK

Pendidikan Usia Dini yang aman, nyaman dan menyenangkan akan menjadi modal utama dalam membentuk pribadi yang utuh, yaitu keseimbangan lahir, batin dan ruhiyah. Inilah awal pembangunan Karakter Bangsa.

Jokowi

Pemimpinan adalah ketegasan tanpa ragu.

Dekat dan Bimbing Generasi Muda

Beri Tauladan yang baik agar terbentuk Mental yang Tangguh. Jokowi Untuk Pendidikan Indonesia

Jokowi di Taman Siswa

Taman Siswa adalah cikal bakal pengembangan pendidikan di Indonesia.

JKW4P JK4WP 2014

Siap wujudkan Indonesia Hebat!

Jul 15, 2014

Sulap Bekas Pembuangan Sampah Jadi Sekolah Menyenangkan

Saat titian karier sebagai dokter sudah mulai nyaman, dr Irina Amongpradja lebih memilih mengurusi anak-anak pemulung di sekitarnya. Sekolah Kita, payung teduh pendidikan yang dia dirikan, kini menjadi sandaran anak-anak telantar yang ingin mengecap manisnya menuntut ilmu.
----------
M HILMI SETIAWAN, Bekasi
----------
HARI pertama tahun pelajaran baru kemarin (14/7) berubah menjadi pesta ulang tahun sederhana. Memang bukan hari yang persis bagi perempuan yang akrab disapa Ina itu merayakan ulang tahun ke-56. Perempuan kelahiran Bandung tersebut berulang tahun tiap 12 Juli.

"Tidak apa-apa terlambat sedikit. Ini kan hari pertama sekolah. Kemarin masih libur," kata dokter alumnus Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung tersebut. Para siswa dari SD hingga SMP silih berganti menampilkan karyanya khusus bagi pendiri Sekolah Kami itu. Diawali paduan suara anak-anak kelas II SD dan kemudian disusul kakak kelasnya yang kelas IV.

Ina tampak tidak kuasa menahan haru. Ketika para siswa kelas IV membawakan lagu Kunang-Kunang, matanya mulai berkaca-kaca. Air matanya tumpah saat anak-anak SD lainnya membawakan puisi pendek. "Bunda Ina terima kasih. Berkat kamu, kami bisa sekolah"

Kemarin seluruh siswa yang berjumlah hampir seratus anak itu berkumpul di pendapa utama. Gedung berukuran sekitar 10 x 10 meter persegi tersebut sekaligus menjadi tempat latihan bermain angklung. Itu adalah bangunan terbesar di sekolah yang menempati lahan seluas 3.000 meter persegi tersebut.

Di Sekolah Kami tak ada seragam atau tas anyar di tahun pelajaran baru. Baju tetap lusuh. Mereka juga tak wajib mengenakan sepatu. Pakai sandal jepit juga boleh.

Ina mengatakan, sistem kelas di tempatnya berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Kelas dibuat sedemikian rupa berdasar mata pelajaran utama. Ruang kelas yang terbuat semipermanen itu terdiri atas kelas matematika, IPA, IPS, dan sebagainya. Dengan demikian, anak dari jenjang kelas mana pun, jika waktunya belajar matematika, akan masuk ke kelas itu. "Dengan skema ini, kata Ina, siswa tidak bosan dengan ruang kelas yang itu-itu saja."

Ina menceritakan kisah hidupnya dari seorang dokter hingga menjadi pendiri sekolah swadana tersebut. Dia mengingat lagi momen wisuda dan sumpah profesi dokter pada 1984. Ketika itu sumpah profesi diiringi lagu Bagimu Negeri. "Syair lagu Bagimu Negeri itu benar-benar terngiang terus. Ini (menjadi guru dan pendiri sekolah, Red) wujud pengabdian saya kepada negeri," urainya.

Ibu Farah dan Fahmi itu mengatakan, setelah lulus dari Unpad, dirinya bekerja menjadi dokter umum dengan status PNS. Ina pernah ditugaskan ke beberapa daerah, termasuk di wilayah Timor Timur (kini Timor Leste) sebelum berpisah dengan Indonesia.

Setelah berkecimpung lama di dunia medis, Ina mencoba mencari makna kebahagiaan sesungguhnya. Menurut keyakinannya, kebahagiaan tidak bisa semata-mata diukur dari uang. Bahagia ada di hati dan tak terbeli.

Dalam pencariannya itu, Ina beberapa kali blusukan ke kantong-kantong pemulung. Perempuan yang tinggal di kawasan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, tersebut mendapati banyak anak pemulung yang tidak bersekolah. Mereka berada di lingkaran kemiskinan.

Banyak di antara anak-anak itu yang lahir dari keluarga tanpa buku nikah karena tidak tercatat di kantor urusan agama (KUA). "Jadi, kalau ada bapaknya yang bosan atau bermasalah, ditinggal kabur begitu saja. Selain itu, ada yang satu saudara hingga lima orang," paparnya.

Melihat kondisi tersebut, akhirnya pada 2001 Ina memutuskan untuk membuat wadah pendidikan bagi anak-anak pemulung dan miskin lainnya. Awalnya pembelajaran dilakukan di dalam Barak Transito Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Jakarta Timur.

Selang beberapa tahun kemudian, mereka berpindah tempat belajar ke gedung bekas Suku Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Jakarta Timur. Tetapi, tidak lama kemudian, mereka diusir dengan halus karena gedung itu akan dipakai untuk Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Jakarta Timur.

Akhirnya Ina memutuskan harus menyewa lahan sendiri. Dia menyiasati mahalnya sewa bangunan di Jakarta dengan menyewa lahan yang sebelumnya dipakai untuk tempat pembuangan sampah sekaligus kantong permukiman pemulung.

Lokasinya dekat sekali dengan jalan tol Bekasi Barat. Jika ditarik dari Kuningan, salah satu pusat bisnis di Jakarta, jaraknya sekitar 20 km. Ina sempat menunjukkan lokasi awal pendirian Sekolah Kami yang penuh sampah.

Setelah dipermak habis, pada 2007 lahan itu bisa dipakai. Jika dilihat dari atas, sekolah tersebut diapit pusat pembuangan sampah dan permukiman kumuh pemulung. Menurut Ina, permukiman itu sebenarnya sehat, tetapi levelnya rendah. Masyarakat yang tinggal di situ harus beradaptasi dengan segala jenis penyakit di dalamnya.

Memilih lokasi di pusat pembuangan sampah juga memiliki banyak keuntungan. Yakni, anak-anak pemulung di sekitarnya mudah menjangkau Sekolah Kami. Sekolah ini berkapasitas 150 siswa untuk jenjang SD dan SMP.

Sistem kelembagaannya mirip dengan PKBM (pusat kegiatan belajar masyarakat). Namun, jelas Ina, Sekolah Kami tidak mengikuti regulasi pendaftaran ini dan itu. Sekolahnya berdiri begitu saja sampai saat ini.

Ketika menjelang ada ujian nasional, anak-anak di kelas VI SD disiapkan ikut ujian paket A. Sedangkan siswa di kelas III SMP disiapkan mengikuti ujian paket B. Meskipun sekolahnya tidak terdaftar, terang Ina, anak-anaknya tetap berhak mendapatkan ijazah. "Sekarang yang berijazah saja susah mencari kerja, apalagi yang tidak berijazah," tuturnya.

Ina mengatakan, anak-anak pemulung harus keluar dari keluarga yang umumnya buta aksara. Melalui sekolah dengan sistem belajar yang menyenangkan, ujar Ina, anak-anak bisa mudah mengikuti pelajaran membaca dan menulis.

Kepada siswanya juga ditekankan pembentukan karakter. Dia juga mengajarkan penanaman karakter dengan cara berbeda. Anak mantan atase militer di Rusia almarhum Mayjen Agus Amongpradja itu mencontohkan penanaman Pancasila. "Kami tidak memulainya dengan hafalan. Sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa, bla..bla..bla"," kata dia.

Sebaliknya, pembelajaran Pancasila dimulai dengan praktik. Contohnya, ketika itu ada rombongan murid dari sekolah internasional yang umumnya warga negara asing. Ina menjelaskan kepada anak didiknya bahwa tamu mereka tersebut datang dari latar belakang agama berbeda-beda. "Tetapi, kita tetap berkawan kan dengan mereka. Meskipun beda, mereka tidak jahat kan. Itulah makna dari Pancasila," jelasnya.

Selama mendampingi anak-anak belajar bersama delapan guru lainnya, Ina mendapatkan banyak pelajaran berharga. Seperti keluh kesah yang disampaikan para siswanya. Misalnya ketika dia dicurhati salah seorang murid perempuan. Saat itu, kepada Ina, si murid mengeluhkan sikap ayahnya. Si murid memiliki tabungan dari hasil bermain angklung bersama teman-temannya di Sekolah Kami. Uang di tabungannya saat itu sekitar Rp3 jutaan.

Ina mengisahkan, uang tabungan tersebut tidak boleh diutak-atik, termasuk oleh orang tua, karena untuk biaya melanjutkan pendidikan ke SMA sederajat. Namun, si bapak sedang kalap dan mengancam menarik anaknya dari Sekolah Kami. "Bapak itu bersedia tidak menarik asalkan diperbolehkan menggunakan uang dalam tabungan anaknya," jelas Ina.

Kondisinya sangat dilematis. Sebab, ayah si murid itu pernah meminjam uang tabungan anaknya, tetapi tidak kunjung mengembalikan. Ina khawatir anak didiknya tersebut kebingungan untuk menyiapkan uang ketika masuk SMA nanti. Dengan beberapa negosiasi, akhirnya si ayah tidak jadi memakai uang anaknya itu.

Ina mengatakan sangat bersyukur ketika ada lulusan Sekolah Kami berhasil keluar dari lingkaran kemiskinan. Misalnya, ada mantan anak didiknya yang bisa mandiri dengan membuka bengkel atau tempat jahit. Perlahan-lahan mereka bisa keluar dari jurang kemiskinan. (*/c9/sof/ce2)

sumber : http://www.sumeks.co.id/hn/19682-sulap-bekas-pembuangan-sampah-jadi-sekolah-menyenangkan

Jul 6, 2014

Pesantren Ramadan dan Pendidikan Karakter

SELAMA bulan Ramadan, sekolah atau madrasah di semua jenjang menyelenggarakan pesantren Ramadan. Meskipun pada tahun pelajaran 2014/2015, hari pertama masuk sudah memasuki minggu kedua dalam bulan Ramadan, sekolah atau madrasah tetap menyelenggarakan pesantren Ramadan, hanya saja jenis kegiatannya menyesuaikan. Kegiatan ini dimaksudkan agar peserta didik lebih mendalami agama Islam sekaligus
mempraktikkannya.

Pesantren Ramadan di sekolah atau madrasah ini, sebenarnya mendukung pendidikan karakter yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama. Adapun nilai-nilai karakter dalam pesantren ramadan adalah;

Pertama, nilai karakter religius. Yakni melatih siswa taat melaksanakan ajaran agama Islam dengan baik. Setiap hari sebelum pelajaran dimulai siswa membaca Alquran bersama-sama. Selain itu pada waktu istirahat siswa melaksanakan salat dhuha dan salat zuhur berjamaah. Bahkan tidak sedikit siswa melaksanakan salat asar berjamaah di sekolah.

Kedua, nilai karakter jujur. Puasa yang dilakukan siswa adalah bentuk karakter jujur. Ada guru atau orang yang mengawasi maupun tidak, setiap siswa harus berpuasa. Dengan kata lain yang mengetahui siswa berpuasa atau tidak adalah dirinya sendiri dan Allah SWT. Harapannya sikap jujur tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya siswa mengikuti ujian dengan jujur tanpa mencontek.

Ketiga, nilai karakter mandiri. Sikap kemandirian siswa dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga tahapan tersebut dalam koordinasi dengan Guru Pendidikan Agama Islam dan Pembina Rohis. Sehingga karakter mandiri tersebut bermanfaat saat nanti siswa melanjutkan ke bangku kuliah dan di masyarakat.

Keempat, nilai karakter kerja keras. Seringkali adanya ibadah puasa menurunkan semangat belajar atau kerja seseorang. Kondisi tersebut tidak berlaku bagi siswa SMA Negeri 3 Semarang untuk menyemarakkan kegiatan Ramadan di sekolah. Mulai dari tadarus Alquran, penanaman Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, salat dhuha, salat dzuhur dan asar berjamaah, peringatan Nuzulul Quran, kajian Islam, salat Jumat, zakat fitrah, lomba Islami, dan gebyar amal. Adanya berbagai kegiatan tersebut dalam bulan ramadan secara tidak langsung menanamkan kerja keras dalam kehidupan sehari-hari.

Kelima, nilai karakter toleransi. Kegiatan pesantren Ramadan menanamkan kepada siswa agar toleransi dengan orang lain yang berbeda pendapat maupun agama. Perbedaan pendapat dalam kajian Islam atau pembelajaran di kelas adalah rahmatal lil ‘alamin yang harus dihormati. Selain itu dengan siswa yang beragama lain, harus menghormati dengan memberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah.

Keenam, nilai karakter disiplin. Pesantren ramadan menanamkan kepada siswa agar terbiasa disiplin dalam aktifitas sehari-hari. Berpuasa bukan sebagai argumen pembenaran untuk datang terlambat baik di sekolah maupun di kelas. Begitu juga dalam pengumpulan tugas, siswa mengumpulkan sesuai dengan deadline yang disepakati sebelumnya.

Ketujuh, nilai karakter menghargai prestasi. Melalui perlombaan yang bernuansa Islami dalam pesantren ramadan, setidaknya nilai karakter menghargai prestasi dapat diterapkan. Siapa pun yang menjadi pemenangnya harus diterima dan diberi apresiasi, sedangkan bagi peserta kalah menerima dengan lapang dada.

Kedelapan, nilai karakter gemar membaca. Setidaknya dengan membiasakan membaca Alquran setiap mengawali pelajaran setiap hari, siswa terbiasa gemar membaca. Tidak hanya membaca Alquran tetapi juga membaca pengetahuan Islam dan umum. Aktivitas membaca awal merupakan jendela cakrawala dunia.

Kesembilan, nilai karakter kreatif. Pelaksanaan pesantren Ramadan di SMA Negeri 3 Semarang tidak hanya monoton yang sifatnya ubudiyyah, tetapi juga penampilan seni Islam. Setidaknya dengan adanya penammpilan seni Islam dalam peringatan Nuzulul Quran, siswa yang mengikuti tidak bosan. Kondisi tersebut secara tidak langsung mengajarkan kepada siswa bahwa Islam sangat kaya terhadap khazanah dan budaya Islam. Selain itu juga siswa diajak nonton film Islami. Setelah nonton film tersebut, siswa menggali hikmah yang dapat diambil hubungannya dengan ajaran Islam.

Kesepuluh, nilai karakter demokratis. Dalam pembahasan perencanaan pelaksanaan pesantren Ramadan, panitia menampung semua aspirasi siswa. Aspirasi siswa tersebut disalurkan melalui rapat panitia pesantren Ramadan. Masing-masing siswa mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam mengeluarkan pendapat. Hasil kesepakatan dalam musyawarah panitia, semua siswa dapat menerima hasilnya.

Kesebelas, nilai karakter rasa ingin tahu. Melalui kajian Islam dalam pesantren Ramadan, siswa belajar lebih tentang materi keislaman sebagai pengayaan Pendidikan Agama Islam. Dalam kesempatan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang berbagai hal tentang materi keislaman.

Kedua belas, nilai karakter cinta damai. Ajaran Islam adalah rahmatan lil alamin (rahmat untuk seluruh alam semesta). Apabila ada masalah, musyawarah menjadi solusinya. Materi tersebut untuk membekali dan membentengi siswa dari aliran-aliran yang menyimpang dari ajaran Islam.

Ketiga belas, nilai karakter peduli lingkungan. Dalam kegiatan pesantren Ramadan, siswa ditekankan untuk peduli lingkungan yakni membuang sampah pada tempatnya sesuai kategori organik dan organik. Keempat belas, nilai karakter peduli sosial. Bentuk kegiatan yang dilakukan pengumpulan infak serta zakat fitrah dalam pesantren
Ramadan. Hasil zakat fitrah disalurkan untuk membantu siswa maupun masyarakat membutuhkan.

Dari keempat belas karakter tersebut menunjukkan kegiatan pesantren Ramadan adalah positif. Sekarang tergantung siswanya, ikhlas mengikuti kegiatan tersebut atau karena keterpaksaan?

HERY NUGROHO
Guru PAI dan Budi Pekerti SMAN 3 Semarang (hyk)

Sumber : http://ramadan.sindonews.com/read/880149/69/pesantren-ramadan-dan-pendidikan-karakter

Jul 5, 2014

Jokowi-JK Unggul Lagi Di Debat Terakhir


Capres dan cawapres nomor urut 2 Jokowi-Jusuf Kalla kembali unggul di media sosial saat mereka melakukan debat capres terakhir di Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu (5/7) malam.  

Hal itu dibuktikan dengan tampilnya hastag #Jokowi9Juli sebagai trending topic teratas di jejaring sosial Twitter hingga acara debat berakhir.  

Hastag “Jokowi9Juli” bahkan mengalahkan hastag “Pilih_No1 PrabowoHatta” yang berada di urutan kedua setelah kabarnya mendapat sokongan dari robot.

Peneliti muda dari Populis Institute David Krisna Alka menilai, keunggulan Jokowi di media sosial itu dimungkinkan, sebab dalam debat yang terdiri dari enam sesi itu, baik Jokowi maupun Jusuf Kalla tampil prima dan percaya diri.

“Keduanya tampak sangat menguasai masalah, terutama soal hutan lindung dan hutan produktif yang memang dikuasai Jokowi yang berlatar belakang pendidikan kehutanan,” kata David kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (5/7) malam.

Menurut David, publik, terutama netizen semakin bersimpati kepada Jokowi-Jusuf Kalla terutama setelah Hatta Rajasa melakukan kesalahan fatal saat bertanya tentang piala Adipura kepada Jokowi-JK.

Dalam debat itu, Hatta menyebut Adipura dengan Kalpataru.

Selain itu, Hatta juga melakukan kesalahan fatal, sebab ketika moderator memberikan kesempatan kepadanya untuk menanggapi pertanyaan Jokowi yang belum dijawab tuntas justru Hatta malah balik bertanya, dan moderator tidak memberikan kesempatan kepada Jokowi untuk menjawab, sebab memang bukan porsinya bagi Jokowi-JK untuk menjawab.

David juga menduga dalam debat tersebut, Prabowo-Hatta tampaknya memaksakan diri untuk balas dendam atas kekalahan dalam debat sebelumnya, sehingga di babak terakhir, keduanya membuka pertanyaan dengan kata-kata “setujukah bapak …”

Pertanyaan itu, menurut David, mengandung harapan agar Jokowi-JK sependapat dengan Prabowo-Hatta sehingga posisinya 1-1.

David memberikan apresiasi kepada moderator Rektor Universitas Diponegoro Prof. Sudharto P Hadi, PhD, yang disebutnya sangat tegas dan patuh pada aturan main.[L-8]

Sumber : http://www.suarapembaruan.com/home/jokowi-jk-unggul-lagi-di-debat-terakhir/58995

Netizen Dukung Jokowi-JK di Debat Pamungkas

Debat pamungkas antara pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) mendapat perhatian serius netizen (pengguna aktif internet). Mereka pun mengapresiasi dalam bentuk hashtag atau tagar dukungan dan percakapan selama debat yang berlangsung di Hotel Bidakara, Jakarta, malam tadi.

"Untuk Prabowo-Hatta ada beberapa hashtag, seperti #Pilih_No1_PrabowoHatta, #PilihPrabowo dan #PrabowoHatta. Sementara hashtag untuk Jokowi-JK antara lain #Jokowi9Juli, #Salam2jari dan #AkhirnyaMilihJokowi," kata pendiri PoliticaWave Yose Rizal dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Minggu (6/7/2014) dini hari.

Ia menambahkan. "Serta ada beberapa hashtag umum seperti #DebatCapres, #DebatCapresFinal dan #DebatCapresCawapres. Pada debat capres kali ini hanya #Jokowi9Juli yang berhasil menduduki peringkat pertama Trending Topic Worldwide dan #Pilih_No1_PrabowoHatta di peringkat ketiga Trending Topic Worldwide."

Yose menjelaskan, beberapa topik dalam debat berhasil mendapatkan respons besar dari netizen dan masuk menjadi Trending Topic Worldwide, yaitu Dukung PrabowoHatta Atau JokowiJK, Mungkin Bapak, Kalpataru, Pertanyaan Bapak, Yakin Pilih Prabowo, One Map Policy.

Segmen 1

Dia memaparkan pula, pada segmen 1 ada beberapa topik dari Prabowo-Hatta yang menarik perhatian netizen, yaitu Kedaulatan Pangan, Sustainable Development, Kualitas Udara dan Kualitas Tanah.

"Sementara beberapa topik dari Jokowi-JK yaitu Konversi Gas, Bukan Pidato, Listrik Padam dan Kebutuhan Pokok. Total percakapan tentang Prabowo-Hatta sebesar 603 percakapan dan Jokowi-JK sebesar 2.249 percakapan. Ada 439 netizen yang melakukan percakapan tentang Prabowo-Hatta dan 1.335 netizen yang melakukan percakapan tentang Jokowi-JK. Net Sentimen (Margin percakapan positif dan negatif) Prabowo-Hatta sebesar 245 dan Jokowi-JK sebesar 1.473," urai Yose.

Segmen 2

Pada segmen 2 topik dari Prabowo-Hatta adalah 2 Juta Hektar, Pupuk Majemuk, Kehilangan Lahan dan Intensifikasi Lahan. Dari Jokowi-JK yang menarik perhatian netizen adalah Niat dan Kemauan, Pasar, Negara Agraris, Nilai Tambah dan Pasca Panen. Total percakapan tentang Prabowo-Hatta sebesar 845 dan Jokowi-JK sebesar 2.937 . Ada 558 netizen yang melakukan  percakapan tentang Prabowo-Hatta dan 1.742 netizen yang melakukan percakapan tentang Jokowi-JK. Net Sentimen Prabowo-Hatta sebesar 411 dan Jokowi-JK sebesar 1.799.

Segmen 3

Pada segmen 3, beberapa topik dari Prabowo-Hatta yang menarik perhatian netizen adalah Energi Terbarukan, Renegosiasi, Sumur Tua, Kerusakan Lingkungan dan Daya Dukung. Beberapa topik yang menarik dari Jokowi-JK adalah Energi Terbarukan, Energi Melimpah dan Teknologi. Total percakapan tentang Prabowo-Hatta sebesar 7.215 dan Jokowi-JK sebesar 24.188.Ada 3.853 netizen yang melakukan percakapan tentang Prabowo-Hatta dan 11.932 netizen yang melakukan percakapan tentang Jokowi-JK. Net Sentimen Prabowo-Hatta sebesar 4.335 dan Jokowi-JK 19.555.

Segmen 4

Pada segmen 4, beberapa topik menarik tentang Prabowo-Hatta adalah Menolak Impor, Masyarakat Asing dan Diversifikasi Teknologi. Sementara beberapa topik dari Jokowi-JK adalah Kerusakan Lingkungan, Pak Prabowo Salah Baca dan Kyoto Protocol. Jumlah percakapan tentang Prabowo-Hatta sebesar 2.218 dan Jokowi-JK sebesar 5.504.Ada 1.302 netizen yang melakukan percakapan tentang Prabowo-Hatta dan 2.870 netizen yang melakukan percakapan tentang Jokowi-JK. Net Sentimen Prabowo-Hatta sebesar 1.231 dan Jokowi-JK sebesar 4.516.

Segmen 5

Pada segmen 5, beberapa topik dari Prabowo-Hatta adalah Koperasi, Saya Setuju dengan Pak Jokowi, Tidak ada Maling dan Jual Beli Suara. Beberapa topik dari Jokowi-JK adalah Kalpataru, Adipura, Pertanyaan Keliru dan Green City. Total percakapan tentang Prabowo-Hatta sebesar 8.524 dan Jokowi-JK sebesar 19.803.Ada 5.103 netizen yang melakukan  percakapan tentang Prabowo-Hatta dan 10.615 netizen yang melakukan percakapan tentang Jokowi-JK. Net Sentimen Prabowo-Hatta sebesar 4.333 dan Jokowi-JK sebesar 12.686.

Segmen 6

Pada segmen 6, beberapa topik dari Prabowo-Hatta adalah Penegak Hukum dan Koalisi Merah Putih. Sementara topik dari Jokowi-JK adalah Konstitusi, Salam 2 Jari, Koalisi Tanpa Syarat dan Perubahan. Jumlah percakapan tentang Prabowo-Hatta sebesar 3.179 dan Jokowi-JK sebesar 9.616.Ada 2.209 netizen yang melakukan  percakapan tentang Prabowo-Hatta dan 5.334 netizen yang melakukan percakapan tentang Jokowi-JK. Net Sentimen Prabowo-Hatta sebesar 1.097 dan Jokowi-JK sebesar 6.692.

"Secara keseluruhan debat dari 6 segmen, total percakapan tentang Prabowo-Hatta sebesar 22.584 dan Jokowi-JK sebesar 64.297. Net Sentimen Prabowo-Hatta sebesar 11.652 dan Jokowi-JK sebesar 46.721. Netizen mendukung pasangan Jokowi-JK di semua segmen pada Debat Capres yang terakhir," pungkas Yose Rizal.

- See more at: http://indonesia-baru.liputan6.com/read/2073748/netizen-dukung-jokowi-jk-di-debat-pamungkas

Closing Statement Capres Jokowi pada Debat Terakhir


Bapak, Ibu, Saudara-Saudara Sekalian Sebangsa, dan Setanah Air.

Kita tahu semuanya, Negara kita Indonesia mempunyai masalah yang banyak, mempunyai problem yang banyak ... tapi memang kita meyakini bahwa setiap problem itu pasti ada jalan keluarnya, setiap problem itu pasti ada solusinya karena kita punya Pakar... Pakar yang ahli dibidang itu...

Tapi memang ada yang selalu menghalangi dan itulah yang harus kita kerjakan adalah kelompok-kelompok kepentingan tadi,... ya Mafia tadi...

Oleh sebab itu Jokowi-JK sejak awal menyatakan...

Kerjasama koalisi Tanpa Syarat,
Kami ingin hadir untuk membawa Perubahan !
Kami ingin hadir untuk membawa Terobosan !
Kami ingin hadir untuk membawa Langkah - Langkah yang Nyata !

Terimakasih kami sampaikan kepada seluruh Kader, kepada suluruh Relawan, kepada seluruh Rakyat Indonesia yang sudah bekerja keras untuk sebuah cita-cita bersama kita ...

Dan ingin saya tegaskan sekali lagi bahwa kami lahir, dibesarkan, dididik dan bekerja di Indonesia, Kami seutuhnya Indonesia !

Dan juga perlu kami tegaskan bahwa Jokowi-JK hanya tunduk pada konstitusi Indonesia dan.. Kehendak Rakyat, dan Kami Jokowi-JK selalu setia kepada Negara Republik Indonesia

Mari bersama kita berdoa...

Raabbanaa aatina fid-dunyaa hasanatan wa fil-aakhirati hasanatan wa qinaa 'adzaaban-naar

(red: Ya Allah, ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.)

Wassalamua’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh...

Salam 2 Jari

Jul 3, 2014

Seri Revolusi Mental : Peran Pemuda dan Revolusi Mental


Sejarah mencatat bahwa pemuda merupakan inisiator banyak peristiwa penting yang menentukan nasib bangsa Indonesia. Pergerakan Budi Utomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), proklamasi kemerdekaan (1945), sampai dengan pergerakan mahasiswa untuk reformasi (1998).adalah deretan peristiwa penting yang digawangi oleh pemuda. Sampai-sampai Bung Karno mengucapkan “Beri Aku 10 Pemuda, Akan Kuguncang Dunia”.

Tak terkecuali pada pemilu kali ini, peran penting pemuda pun terus berlanjut untuk mengawal bangsa ini, bukan dalam bentuk demontrasi atau perang namun dalam bentuk partisipasi dalam pemilu 2014. Suara pemuda akan menentukan profile pemerintah di masa datang. Melalui profile pemerintah yang bagus maka akan tercipta kebijakan yang melahirkan kondisi ekonomi yang baik pula. Oleh karena itu, sebagai pemuda kita tidak boleh apatis, karena pemilu kali ini adalah momen bagi Indoensia untuk bangkit.

Peran pemuda penting tersebut bukan karena kebetulan namun didasari alasan sebagai berikut:

Yang pertama, pemuda itu sebagai agen perubahan (change maker). Suara pemuda punya pengaruh yang signifikan di pemilu kali ini. Dari segi jumlah, menurut Center for Election and Political Party Universitas Indonesia (UI) bahwa sekitar 53 juta adalah pemilih muda (usia 17-29 tahun) yang terdaftar sebagai pemilih atau 20-30%nya. Suara yang signifikan tersebut akan menentukan profile pemerintahan kedepan. So, jika menginginkan perubahan maka suara pemuda harus aktif mengawal pemilu.

Yang kedua, selain dari jumlah, pemuda juga dicirikan dengan golongan yang rasional, aktif dan kritis. Mereka adalah generasi yang melek informasi sehingga pilihan pemuda didasari oleh banyak informasi. Pilihan golongan ini akan mencerminkan pilihan yang rasional yang nantinya akan menghasilkan pemimpin yang ideal pula.

Yang ketiga, tahun 2025-2030 adalah tahun puncak Indonesia mendapatkan bonus demografi. Bonus demografi dicirikan dengan jumlah usia produktif yg lebih besar dibanding usia tua. Kondisi tersebut bisa menjadi bonus maupun bencana bagi Indonesia. Divsatu sisi bonus demografi bisa meningkatkan angka produktifitas namun disisi lain angkatan muda yang banyak energi namun minim keahlian akan menyebabkan pengangguran usia produktif, yang akhirnya bisa menimbulkan kerawanan sosial.

Kondisi di atas sangat tergantung kebijakan oleh pemerintah dan peran masyarakat. Oleh karena itu, profile pemerintah yang terpilih nanti harus mempunyai visi-misi dan track record untuk menjadikan momentum ini benar-benar menjadi bonus bagi Indonesia. Di situlah peran suara pemuda, pemilu kali ini pemuda punya peran untuk selektif memilih pemimpin yang mempunyai kemampuan untuk menjadikan momentum bonus demografi menjadi berkah bagi bangsa ini.

Tidak boleh terlambat, persiapan itu harus dimulai sekarang karena karena usia 15 tahun saat ini maka pada tahun 2030 akan berusia 30 tahun (usia produktif). Jadi investasi Sumber daya manusia saat ini akan dipanen pada tahun 2030 (periode puncak bonus demografi). Karena pentingnya persiapan tersebut, maka kebijakan 5 tahun mendatang akan  berpengaruh dalam jangka panjang bagi Negara ini.

Untuk menjawab momentum ini, terdapat ide menarik yakni revolusi mental. Program ini akan membangun character bulding dengan merubah mind-set dari bangsa mental buruh menjadi mental yang tahan banting.
Program ini diinisiasi Jokowi dan bertujuan untuk peningkatan taraf hidup rakyat melalui pendidikan dan memberikan semangat agar rakyat berusaha. Dari segi ekonomi, hal ini akan memberikan dampak meningkatkan nilai produktifitas suatu bangsa dan akhirnya akan meningkatkan nilai produksi disuatu bangsa. Tercatat bahwa, suatu bangsa yang maju akan mempunyai nilai produktifitas yang lebih tinggi. Jika kondisi ini tercapai maka memberikan efek berantai, tingginya produktifas akan meningkatkan pendapatan perkapita nasional. Peningkatan ini merupakan ciri sebagai negara maju.

Intinya, diperlukan program segar dan pemimpin yang visioner untuk menahkodai bangsa ini supaya bisa tinggal landas. (Isman Anshori - pasca sarjana ilmu ekonomi FE-UI, relawan Generasi Optimis. Twitter: @isman_a)

Sumber : http://www.tribunnews.com/nasional/2014/07/02/seri-revolusi-mental-6-peran-pemuda-dan-revolusi-mental

Seri Revolusi Mental : Kita adalah Harapan


“Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga dia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa dia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional” – Bertolt Brecht

Wajah perpolitikan negeri sudah sedemikian suram. Partai politik yang seyogyanya memperjuangkan aspirasi rakyat, malah sebaliknya justru mempertontonkan perilaku politik yang kurang elok. Apapun dilakukan untuk memperoleh dukungan. Masa bodoh yang penting ambisi kekuasaan tercapai.

Janji–janji manis calon pemimpin pada saat kampanye sunggulah menggugah. Walaupun pada akhirnya, janji tinggal janji. Tidak ada perubahan yang dirasakan untuk menjadi lebih baik. Rakyat dibohongi, termakan janji politisi pemberi harapan palsu. Omong kosong yang nyaring bunyinya.

Rakyat Indonesia sungguh mendambakan sosok pemimpin tulus yang mampu mewujudkan harapan atas kesejahteraan. Kita butuh seorang sosok yang bisa menjadi teladan dan mampu menerobos kebuntuan politik selama ini. Rakyat ingin pemimpin baru yang mampu mengembalikan kepercayaan rakyat pada proses politik.

Saya rasa mungkin sekarang saat yang tepat. Pemilihan presiden sudah di depan mata. Sebentar lagi Indonesia mempunyai presiden yang baru. Kali ini menarik. Calon presiden saling membenturkan kepalanya, head to head. Mari kita pilih calon yang terbaik diantara dua yang ada.

Pilih sosok yang dianggap mampu mewujudkan mimpi kita terhadap Indonesia. Pilih orang yang sudah terbukti kinerjanya, karena presiden bukan ajang coba-coba berhadiah. Jangan pilih calon presiden yang masih berbau-bau politik kelam masa lalu. Kita butuh pemimpin yang segar, harapan baru. Untuk Indonesia Baru.

Saya tidak memilih untuk diam dan mendiamkan. Dan dengan sadar saya mendukung Jokowi sebagai presiden republik yang saya cintai ini. Bagi saya, beliau memang yang terbaik.
Untuk itu, mungkin saya perlu sedikit bercerita …

Solo Karir
Segar dalam ingatan, sekitar pertengahan tahun 2011 yang lalu, ketika masih menjadi mahasiswa semester 4, saya berkesempatan melakukan Studi Lapangan ke Solo untuk meninjau langsung pengembangan perkotaan di sana. Dosen saya mengatakan bahwa Walikota Solo saat itu menggunakan pendekatan manusiawi dalam melakukan penataan kota. Atau dalam istilah perkotaan disebut “Urban Humanism”, sebuah kota yang manusiawi. Seketika saya  penasaran, siapa gerangan disana yang oleh banyak  orang disebut sebagai Walikota cerdas.

Siapa lagi kalo bukan Joko Widodo alias Jokowi. Beliau berhasil membuat kota Solo menjadi sebuah kota yang nyaman sebagai tempat tinggal, sekaligus menarik untuk dijadikan tempat wisata. Dengan pendekatan manusiawi, beberapa program yang dilaksanakan seperti, penataan Pedagang Kaki Lima (PKL), revitalisasi ruang publik, pembenahan transportasi publik, penataan pasar, reformasi birokrasi dan banyak lagi program  lainnya. Warga Solo merespon dengan suka cita, terbukti pada pemilihan walikota periode kedua, beliau mendapat suara signifikan mencapai 90%, tanpa perlu menebar  atribut  kampanye. Sungguh Jokowi pemimpin yang dicintai warganya.

Semua hal baik yang dilakukan di Solo itu hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang mempunyai niat tulus untuk memimpin dan membawa daerahnya menjadi lebih baik. Inilah fakta yang ada pada diri Jokowi. Lantas, sejak saat itu, saya tertarik pada sosok nyentrik ini. Namanya selalu melekat dalam ingatan.
Program terobosan yang paling yahud bisa jadi mengenai metode “makan siang” untuk memindahkan 989 PKL ke Pasar Klithikan tanpa ada konflik sedikitpun. Padahal di tempat lain, hampir setiap ada relokasi muncul konfilk, hampir pasti ada air mata yang tumpah. Petugas Satpol PP mencopot lapak PKL dengan paksa, kemudian para PKL tidak terima, melakukan perlawanan sampai baku pukul dan hal-hal pemberontakan lainnya.

Tapi di Solo beda. Jokowi sebagai walikota mengajak para PKL makan siang sebanyak 54 kali. Kemudian, dengan perlahan diberi pengertian terkait dengan relokasi. Dibicarakan terkait relokasi yang akan memperindah wajah kota dan menguntungkan dari segi ekonomi.

Ternyata ampuh terbukti, bahwa bicara dengan hati, diterima juga oleh hati. Para pedagang membongkar sendiri lapak dagangannya, kemudian membuat parade arak-arakan PKL menuju lokasi PKL yang baru. Jokowi langsung yang memimpin arak-arakannya. Pedagang merayakan relokasi dengan suka cita. Sebuah pemandangan yang aneh tak biasa. Index of Happiness warga Solo meningkat. Semua senang dan bahkan dengan bangga melakukan relokasi. Pendekatan manusiawi yang bahkan sesederhana ini jarang kita temui pada pemerintah daerah lain.

Dari sini bisa terlihat bahwa Jokowi memang pemimpin yang revolusioner, kaya akan ide, menerobos cara-cara khas penguasa birokrat yang kaku. Beliau paham betul mengambil hati rakyat kecil. Jokowi melakukan pendekatan yang membuat rakyat nyaman. Hanya makan siang. Masyarakat merasa dimanusiakan, merasa dihargai. Diajak diskusi sambil makan siang santai bersama pemimpinnya. Kelihatan sederhana namun dampaknya jelas, timbul kepercayaan yang kuat.  Kepercayaan rakyat kepada pemimpin untuk membawanya ke kehidupan yang lebih baik. Bukankah memang begini seharusnya?

Jokowi memang selalu menempatkan posisinya sebagai seorang pelayan rakyat. Jokowi menganggap rakyat sebagai investor. Mungkin karena Jokowi sudah biasa bergelut di dunia usaha, beliau menggunakan naluri kewirausahaannya dalam memimpin kota. Jokowi menganggap bahwa rakyat adalah investornya, dan dirinya hanya kebetulan diberi amanah oleh rakyat sebagai pemimpin. Oleh karena itu, rakyat harus didengar, diberi perhatian, dihargai dan bahkan dimanjakan. Semua yang dilakukan semata-mata untuk mewujudkan keinginan rakyat atas kesejahteraan. Begitulah kira-kira.

Inilah faktanya. Kerja keras Jokowi bukan omong kosong. Keberhasilannya memimpin Solo tidak hanya diakui oleh warga Solo, namun hingga dunia internasional. Buktinya, situs worldmayor.com menobatkan beliau sebagai peringkat ketiga Walikota terbaik di dunia tahun 2012. Bersaing dengan Walikota Bilbao, Spanyol, Inaki Azkuna, dan Wali Kota Perth, Australia, Lisa Scaffidi. Sungguh Jokowi memang Walikota yang hebat.

Harapan Rakyat
Berhasil di Solo, kemudian rakyat menantang Jokowi untuk menyelesaikan permasalahan kota yang jauh lebih besar. DKI Jakarta. Jokowi dipandang mampu mengurai masalah Jakarta yang sudah sedemikian kompleks. Warga Jakarta menunjuk Jokowi sebagai pemimpin, beliau memenangkan pilkada dengan suara yang fantastis dan menjadi orang nomer satu di Ibukota republik ini mengalahkan gubernur petahana Fauzi Bowo.

Sulit rasanya kita bayangkan, seseorang dari kalangan biasa berwatak Jawa bekas tukang kayu -wajah kampungan, bisa menjadi orang nomer satu di kota metropolitan dengan segala hiruk pikuk kerasnya wajah kota. Inilah orang ndeso yang memimpin pasukan perang meredam keserakahan para kaum kapitalis ibukota.

 “Biar wajah saya kampungan, yang penting otaknya internasional,” kata Jokowi berkelakar.
Diakui atau tidak, hal ini menjadi fenomena menggembirakan di negeri kita. Jokowi menebar harapan. Orang-orang yang dulunya pesimis akan kondisi negeri, perlahan menengok dan memandang kearah Jokowi dengan penuh harapan. Mereka mendekat, memberi tepuk tangan dan menyalami Jokowi. Inilah kegembiraan politik. Rakyat menjadi getol politik. Di pasar, di warung kopi hingga ke sudut-sudut gang terpencil, semua sumringah atas kehadiran sosok pembaharuan ini. Politik menjadi familiar. Politik tidak lagi menakutkan. Politik kembali menjadi milik rakyat, bukan hanya milik pejabat, apalagi pengusaha kaya raya.
Jokowi menyalakan lilin harapan perubahan di antara cerita suram negeri ini.

Yang tak kalah menariknya, Jokowi mempopulerkan lagi istilah “blusukan”.  Beliau mengaku sering menghabiskan waktunya hanya 2 jam di kantor, selebihnya lebih senang langsung turun ke lapangan. Beliau berulang kali mengatakan bahwa permasalahan rakyat tidak bisa hanya diselesaikan dari ruangan ber-AC, namun lebih baik berpanas-panasan turun ke lapangan melihat permasalahan, memutuskan tindakan cepat dan berani mengambil resiko. Prinsip Jokowi, seorang pemimpin harus bersentuhan dengan rakyat, harus berkeringat bareng rakyat, setiap hari.

“Semua ini hanya masalah niat atau tidak niat, mau atau tidak mau!” Jokowi
Tak bisa dipungkiri, metode blusukan inilah yang lantas melambungkan nama Jokowi di berbagai media. Puja dan puji meluncur deras dari berbagai kalangan masyarakat.

Ini baru namanya pemimpin. Ini pemimpin yang kita butuhkan. Pemimpin merakyat. Kata seseorang di warung kopi.

Lantas, atas kinerjanya sebagai Gubernur Jakarta, belum genap 2 tahun, lagi-lagi, Jokowi dihadapkan pada sebuah tugas rakyat. Kali ini diberi tugas yang sangat berat. Tidak hanya lingkup kota atau provinsi. Masyarakat Indonesia menginginkan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia. Mengurusi 250 jutaan rakyat yang bosan dengan retorika politisi yang hanya pintar membual, namun minim tindakan.

Awalnya Jokowi terkesan ragu-ragu. Meskipun survei elektabilitas selalu mendapat perolehan teratas –di saat tokoh-tokoh lain sudah berlomba menjual citra pada publik demi meraup simpati rakyat. Jokowi mengaku belum memikirkan sampai sejauh itu. Beliau mengatakan hanya berfokus pada permasalahan Jakarta, menyelesaikan macet dan banjir yang semakin keterlaluan.

Saya kira, dalam konteks kehidupan berdemokrasi, apa yang beliau katakan pada saat itu sangatlah masuk akal. Beliau berpikir realistis. Biar bagaimanapun juga beliau adalah seorang kader biasa partai. Bukan ketua umum partai yang notabene mempunyai kesempatan yang lebih mungkin untuk meraih posisi calon RI-1. Jadi, Jokowi tidak bisa seenak jidat mencalonkan diri dengan menggunakan kekuatan partai untuk semata-mata mengejar ambisi menjadi Presiden. Semuanya harus melalui mekanisme partai tempat beliau bernaung.
Dari sini, saya lihat Jokowi yang konsisten. Beliau membiarkan rakyat yang menilai. Tugas sebagai Gubernur Jakarta dikerjakannya sebaik mungkin. Wacana copras-capres tidak mempengaruhi  fokusnya  menyelesaikan macet dan banjir Jakarta.

Saya percaya, pemimpin yang baik bukan dia yang berambisi menjadi pemimpin, namun justru orang  yang tidak berambisi dan hanya menyerahkan semua pada keputusan banyak orang. Pemimpin akan siap jika ditugaskan. Karena menjadi pemimpin rakyat adalah sebuah pengabdian, bukan semata-mata mengejar jabatan. (Made Bhela Sanji Buana, Alumni PWK UGM, relawan Generasi Optimis. Twitter: @madebhela)

Sumber : http://www.tribunnews.com/nasional/2014/07/02/seri-revolusi-mental-7-kita-adalah-harapan